Kamis, 01 Desember 2016

Sejarah Berdirinya Negara Palestina

Negara Palestina yang menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 15 November 1988 ini memiliki sebuah kisah menarik di dalamnya. Yang pertama kali mendeklarasikan kemerdekaan negara ini adalah Organisasi Liberasi Palestina (PLO) di Algiers yang saat itu bertindak sebagai government-in-exile, sebutan bagi sebuah kelompok politik yang mengklaim diri mereka sebagai pemerintahan yang legit tapi tidak mampu menggunakan kekuatan mereka dan malah tinggal di negara lain. Daerah yang diklaim sebagai bagian dari negara Palestina ini adalah daerah Tepi barat dan Jalur Gaza, sementara Yerusalem ditentukan sebagai ibu kotanya. Meski begitu, sejak tahun 1967 hampir seluruh daerah yang diklaim oleh Palestina kini diduduki oleh tentara Israel sebagai hasil dari perang Enam Hari yang terjadi pada tanggal 5 hingga 10 Juni di tahun tersebut.



Sejarah Palestina Sebelum Era Modern
Sejarah berdirinya negara Palestina dimulai sejak periode purwa-Kanaan. Hal ini diperkuat dengan sebuah fosil manusia berumur lebih dari 1,5 juta tahun yang lalu pada era Pleistocene. Penemuan fosil tersebut ditemukan di Ubeidiya yang berjarak 3 km dari selatan Laut Galilee. Fosil ini diperkirakan merupakan bukti pertama tentang migrasi awal dari Homo erectus keluar dari Afrika. Pada tahun 1925 di sebuah goa bernama Goa Zuttiyeh juga ditemukan sisa-sisa makhluk hidup yang kemudian diberi nama “Manusia Palestina”. Di daerah selatan Nazareth, pada sebuah situs paleoanthropologis ditemukan 11 tengkorak Homo sapien yang telah menjadi fosil pada sebuah batu. Fosil yang kemudian setelah diteliti memiliki anatomi manusia modern tersebut ternyata berumur sekitar 90.000 hingga 100.000 tahun, dan banyak dari sisa tulangnya diwarnai menggunakan ochre merah yang biasa digunakan dalam proses penguburan.
Setelah periode purwa-Kanaan berlalu dan melewati dua fase masa perunggu, sejarah berdirinya negara Palestina berlanjut dengan periode Kerajaan Mesir Baru sekitar tahun 1550 hingga 1400 sebelum masehi dimana kota-kota Kanaan kini menjadi bagian dari kerajaan Mesir Baru yang melakukan ekspansi besar-besaran menuju daerah Levant dibawah Ahmose I dan Thutmose I. Seluruh urusan politik, komersil, dan militer yang ada di bagian akhir era ini dicatat oleh beberapa ambassador dan pemimpin proksi Kanaan untuk Mesir pada tahun 379 dengan menggunakan tablet yang dikenal dengan nama Surat-surat Amarna. Pada masa pemerintahan pertama dari pharaoh Seti I, beliau menjalankan sebuah misi untuk mengordinasi ulang Kanaan yang kini menjadi dalam aturan mesir hingga daerah Sabuk Shean dan memasang beberapa pemerintahan boneka untuk mengatur daerah tersebut. Pada tahun 1178 sebelum masehi, Ramesses III mengibarkan bendera perang melawan Sea People yang diberi nama Perang Djahy (Kanaan), dimana perang ini menjadi awal dari hilangnya kekuatan Kerajaan Baru Mesir di Levant, dan di saat yang sama merupakan runtuhnya era Perunggu.
Sejarah berdirinya negara Palestina kembali berlanjut menuju era Kerajaan Hellenik dengan penundukannya pada tahun 330 sebelum masehi oleh Alexander Agung setelah sebelumnya berhasil bertahan melalui periode independen Israelite, Philistine, dan Canaanite, periode di bawah pemerintahan kerajaan Neo-Syria dan Neo-Babilon, dan kerajaan Persia (Achaemenid). Pada tahun 323 hingga 301 sebelum masehi, tanah Palestina berulang kali diperintah oleh orang yang berbeda akibat perang Diadochi. Adapula pemimpin-pemimpin yang tertulis dalam sejarah berdirinya negara Palestina di masa itu termasuk Laomedon, Ptolemy I Soter, dan Antigonus I Monophthalmus. Pada tahun 321 sebelum masehi, Ptolemy I Soter membunuh anak dari Antigonus I dalam Perang Gaza, yaitu Demetrius I. Banyaknya angka perang yang terjadi pada era ini membuatah lanskapnya berubah-ubah dalam waktu yang ekstrim dengan perpindahan kekuatan yang sangat cepat terjadi. Hal lainnya yang terjadi adalah mulai banyak kota-kota berbenteng yang dibangun dengan alasan untuk menghalau pasukan musuh.
Negara Palestina di Era Modern
Era kerajaan Romawi yang mencatatkan bagian lain dalam sejarah berdirinya negara Palestina berlangsung selama 3 periode yaitu Romawi Iudea pada tahun 63 sebelum masehi yang kemudian dilanjutkan oleh periode Romawi Syria Palestina pada tahun 132 sebelum masehi, dan berakhir di sekitar tahun 630-an karena kekalahan pasukan Romawi dalam beberapa perang besar. Kekalahan pasukan Romawi juga membuka gerbang bagi masuknya kekhalifahan Muslim yang dipimpin oleh Rashidun dan Umayyad hingga tahun 968 sebelum akhirnya Kekhalifahan Fatimid menyerang. Kekhalifahan Fatimid hanya mampu bertahan hingga tahun 1054 dan mulai runtuh karena serangan dari para crusader saat Perang Salib.
Sejarah berdirinya negara Palestina moderen dimulai dari tahun 1516 ketika Ottoman Turki menduduki Palestina dan Istanbul ditunjuk sebagai pemerintah lokalnya. Kekuasaan akan Palestina terancam ketika Napoleon memulai perang di tahun 7 Maret hingga Juli tahun 1799. Penyerangan ini gagal dan berakhir saat Napoleon dibunuh oleh adiknya yang bekerja sama dengan Ottoman. Pada tanggal 10 Mei 1832, daerah Syria Ottoman dikuasai oleh ekspansionis Mesir di bawah pimpinan Muhammad Ali dalam perang Mesir-Ottoman di tahun 1831, meski begitu pihak Ottoman kembali melawan dan baru kalah ketika mereka bergabung dengan Kekaisaran Jerman dalam Perang Dunia I.
Dimulai dari sekitar tahun 2000-an, pihak Palestina yang daerahnya mulai diklaim oleh Israel mulai memberontak dan serangan pertama mereka dikenal sebagai Al-Aqsa Intifada. Pada tahun 2002, sebuah resolusi untuk pengakhiran konflik Israel-Palestina diajukan oleh Amerika, Uni Eropa, Rusia, dan PBB. Pada tahun 2004 juga George W. Bush meminta bahwa sebuah negara Palestina bisa hidup berdampingan dengan Israel. Pada tahun 2005, pasukan milisi Palestina mulai menembakkan roket Qassam ke arah Israel. Perang yang tak kunjung henti antara Palestina dan Israel ini menjadi bagian kelam dalam sejarah berdirinya negara Palestina.

Sejarah Perang Mu’tah – 3.000 Pasukan Muslim Melawan 200.000 Pasukan Romawi

Pada sekitar abad ke-7 hingga ke-11, terjadi beberapa seri perang yang melibatkan Muslim Arab dengan kerajaan Romawi Timur atau yang disebut juga dengan kerajaan Byzantine. Peperangan besar ini terjadi ketika ekspedisi Muslim yang ada di bawah pimpinan Rashidun dan kekhalifahan Umayyad baru saja dimulai pada awal abad ke-7, dan dilanjutkan oleh penerusnya hingga pertengahan abad ke-11. Salah satu perang ini merupakan perang besar yang dikenal dengan nama perang Mu’tah. Sejarah perang Mu’tah – 3.000 pasukan Muslim melawan 200.000 pasukan Romawi sendiri dimulai pada tahun 8 Hijriah (sekitar tahun 629 Masehi) di sebuah desa di Mu’tah, bagian timur dari sungai Jordan dan Karak.



Linimasa Perang Mu’tah
Sejarah perang Mu’tah – 3.000 pasukan Muslim melawan 200.000 pasukan Romawi tidak akan dimulai tanpa sebelumnya ada sesuatu yang lebih besar, yaitu perselisihan antara pihak Byzantine dengan Muslim. Hal ini disebabkan oleh ledakan penduduk Arab dari Arab Peninsula pada tahun 630-an yang menyebabkan hilangnya sebagian besar area jajahan Byzantine di bagian selatan yaitu Syria dan Mesir yang berhasil direbut umat Muslim. Dalam rentang waktu 50 tahun, pasukan Muslim yang ada di bawah kekhalifan Umayyad yang agresif tak henti meluncurkan serangan berulang ke area Asia Minor yang saat itu menjadi daerah kekuasaan kerajaan Byzantine. Selain serangan, dua kali ancaman untuk penundukkan Konstantinopel juga dilayangkan.
Latar belakang perang Mu’tah sendiri terjadi ketika perjanjian Hudaybiyyah mengatur gencatan senjata antara kaum Quraish dan tentara yang mengatur kekuatan di Mekah. Badhan, pemerintah Sassani dari Yemen sudah mulai masuk Islam, begitu juga kaum-kaum yang ada di Arab Selatan, meningkatkan kekuatan militer di Madinah. Karena hal ini, Muhammad menjadi sedikit lebih bebas dan bisa fokus terhadap suku Arab yang ada di utara, yaitu Bilad al-Sham. Salah satu sejarawan Islam menyatakan bahwa pergerakan militer ke utara adalah karena perlakuan yang buruk pihak utara kepada utusan yang dikirim Muhammad, dimana utusan tersebut dibunuh. Yang menyebabkan kerajaan Byzantine ikut campur adalah karena kaum Bani Sulaym dan Dhat al Taih merupakan kaum yang ada dalam perlindungan Byzantine.
Sejarah perang Mu’tah – 3.000 pasukan Muslim melawan 200.000 pasukan Romawi dimulai ketika pada awal tahun 8 Hijriah (sekitar tahun 629 Masehi), Muhammad menggerakkan pasukannya menuju area Jumada al-Awwal untuk ekspedisi singkat dengan tujuan menyerang dan menghukum kaum yang membunuh utusannya. Pemimpin pasukan ini ialah Zayd ibnu Haritha, dengan Jafar ibnu Abi Talib dan Abdullah ibnu Rawahah tepat di bawahnya. Pemimpin Ghassanid dipercaya telah mengetahui tentang serangan yang direncanakan oleh Muhammad ini, sehingga ia mulai menyiapkan pasukannya dan meminta bantuan dari Byzantine. Ada dua versi tentang siapa yang memimpin pasukan besar dari Romawi ini, dimana salah satu versi mengatakan bahwa pemimpinnya adalah Heraclius langsung, dan versi lain adalah adik dari Heraclius, yaitu Theodorus.
Ketika pasukan Muslim tiba di area timur Jordan dan mengetahui ukuran tentara yang dibawa oleh pasukan Byzantine, mereka menjadi takut. Mayoritas dari mereka ingin menunggu sebentar dan menunggu bantuan dari Madinah datang, tapi kemudian Abdullah ibnu Rawahah mengingatkan mereka tentang keinginan jihad, dan mempertanyakan apakah baik jika mereka menunggu sedangkan apa yang mereka inginkan ada di depan mereka. Mendengar pernyataan dari Abdullah tersebut, hati para pasukan tergerak, dan segala keraguan yang menghantui mereka beberapa saat lalu mendadak hilang sehingga mereka berani untuk terus maju ke medan perang melawan pasukan yang jumlahnya hampir 67 kali jumlah mereka sendiri.
Pertikaian pertama antara pihak Muslim dan Byzantine yang membuka sejarah perang Mu’tah – 3.000 pasukan Muslim melawan 200.000 pasukan Romawi – terjadi di kamp mereka sendiri, di desa Musharif dimana mereka kemudian mundur ke Mu’tah. Baru di Mu’tah lah perang besar terjadi. Beberapa sumber Muslim mengatakan bahwa perang yang terjadi ini mengambil tempat di antara dua lembah dengan tinggi yang berbeda, dimana hal itu menetralkan superioritas jumlah yang dimiliki tentara Byzantine. Dalam perang ini, ketiga pemimpin pasukan Muslim tumbang satu persatu dimulai dari Zayd ibnu Haritha yang disusul oleh Jafar ibn Abi Talib dan Abdullah ibnu Rawahah setelahnya. Al-Bukhari melaporkan bahwa di bagian depan tubuh Jafar terdapat 50 luka tusuk. Melihat semangat tentara Muslim yang mulai menciut, Thabit ibnu Al-Arqam mengambil alih komando dan menyelamatkan pasukannya dari kehancuran total. Setelah perang selesai, para pasukan meminta Thabit menjadi pemimpin mereka yang ia tolak, dimana ia kemudian meminta Khalid ibnu al-Walid untuk memimpin.
Ketika perang, Khalid dilaporkan menggunakan 9 pedang yang seluruhnya rusak karena peperangan lanjutan yang terjadi sangatlah intens. Pada akhirnya, Khalid melihat bahwa situasi mereka sangat terdesak dan mulai bersiap untuk mundur. Ia terus mengonfrontasi Byzantine dalam pertikaian kecil, tapi menghindari pertikaian besar. Suatu malam, Khalid mengganti posisi pasukannya dan membawa rearguard yang telah dipasangkan bendera baru. Hal ini untuk membuat impresi bahwa ada pasukan tambahan yang dikirim dari Madinah. Khalid juga memerintahkan kepada para kavaleri untuk mundur ke belakang bukit pada malam hari agar gerakan mereka tidak diketahui oleh pihak Byzantine, dan kembali pada siang hari sambil menaikkan jumlah debu yang bisa mereka kumpulkan sebanyak mungkin. Hal ini menjadi bagian penutup sejarah perang Mu’tah – 3.000 pasukan Muslim melawan 200.000 pasukan Romawi – dimana pihak Byzantine percaya akan adanya pasukan yang menolong dari Madinah, dan memutuskan untuk mundur.

Sejarah Pembangunan Menara Eiffel

Eiffel adalah salah satu bangunan paling terkenal di Paris, Prancis. Bahkan sejak dibangun pertama kali pada tahun 1889, menara ini telah dikunjungi setidaknya 200 juta orang dari berbagai belahan dunia. Pada tahun 2006 saja ada lebih dari 6 juta orang rela datang jauh-jauh untuk melihat struktur beton yang memiliki tinggi 325 meter ini.
Eiffel memiliki sejarah yang sangat panjang dalam pembangunannya hingga selesai. Berbagai masalah pernah terjadi di menara yang saat ini digunakan sebagai pemancar radio dan juga pengamatan. Meski demikian, Menara Eiffel justru bertransformasi menjadi ikon romantis dunia. Tak sedikit film, cerita fiksi, dan pagelaran penuh cinta diadakan di sini. Mari mengenal Menara Eiffel dalam dengan mengenal sejarahnya di bawah ini.



Ide dan Rencana Pembuatan Menara Eiffel
Kita semua mengenal Gustav Eiffel sebagai orang di balik megahnya menara hebat ini. Bahkan nama dari menara pun mencatut nama dari perancangnya ini. Awalnya Gustav justru ingin membangun menara di Barcelona. Sayangnya rencana yang ia tawarkan dianggap sangat aneh dan bangunannya tak sesuai. Selain itu, menara juga dianggap mengeluarkan biaya yang terlalu mahal. Akhirnya ia urung membuat menara jenis apa pun di sekitar Eropa.
Ide pembuatan Menara Eiffel akhirnya muncul dari dua anak buah Gustav bernama Maurice Koechlin dan Emile Nouguier. Ia sama sekali tidak tertarik pada awalnya. Namun begitu melihat rencana itu berjalan dengan lancar, Gustav mulai mengambil alih. Ia pun membeli hak paten dari menara ini hingga sekarang dikenal sebagai Menara Eiffel yang sangat megah dan dikenal banyak orang.
Misi Pembangunan Menara Eiffel
Menara ini awalnya dibangun untuk pameran dunia. Pihak pengembang ingin menjadikan menara ini sebagai tanda seratus tahun Revolusi Prancis. Menara ini adalah simbol kekuatan dari Prancis yang sangat luar biasa. Di tengah keterpurukan Eropa di abad ke-18 mereka mampu berjuang dan membuat sebuah revolusi yang sangat besar. Bahkan berpengaruh ke banyak negara di dunia.
Gustav Eiffel mengatakan jika menara ini juga merupakan simbol ilmu pengetahuan modern. Simbol perkembangan ilmu pengetahuan dunia dari masa ke masa. Menara ini adalah tanda di mana sains hidup bersama manusia. Itulah mengapa di bangunan ini terdapat sekitar 72 nama dari para ilmuwan dan insinyur yang sangat terkenal di Prancis.
Pembangunan Struktur dan Bentuk Menara Eiffel
Pembangunan struktur dari Menara Eiffel dimulai pada tahun awal 1889 dan baru dibuka untuk umum pada 6 Mei 1889. Dalam pembangunannya menara, sekitar 300 pekerja dilibatkan untuk mengatur struktur dengan total berat mencapai 10.000 ton. Para pekerja harus berjuang dengan kuat untuk mengatur 18.038 potongan besi tempa dan sekitar 2,5 juta paku keling. Setelah berkutat selama berbulan-bulan, bangunan ini selesai dengan ketinggian dari tanah mencapai 300 meter. Lalu ditambah dengan antena menjadi 324 meter.
Bentuk Menara Eiffel awalnya mendapatkan banyak kritikan. Terlebih strukturnya disusun dengan bentuk yang tidak memiliki nilai seni. Bahkan mirip struktur jembatan yang berada di sungai. Gustav Eiffel mengatakan jika bentuk ini dibuat sesuai dengan perhitungan matematika. Tiupan angin di udara pun diperhitungkan agar menara tidak akan roboh meski dibuat sangat tinggi menjulang.
Pembukaan Menara Eiffel dan Efeknya Bagi Penduduk
Menara Eiffel dibuka pertama kali pada Mei 1889. Saat itu menara sudah dilengkapi dengan lift yang akan membawa pengunjung dari bawah menuju puncak. Hal ini mengundang banyak sekali wisatawan dari berbagai wilayah Prancis. Bahkan ada juga yang datang jauh-jauh dari negara sekitar hanya untuk melihat Kota Paris dari ketinggian yang fantastis. Di zaman itu berada di ketinggian 300 meter adalah hal yang luar biasa.
Meski menjadi daya tarik yang sangat kuat bagi sebagian orang, protes terhadap pembangunan menara ini kerap dilakukan. Banyak warga sekitar merasa tidak senang dengan menara ini. Pertama karena takut jika sewaktu-waktu bangunan ini ambruk mereka bisa menjadi korban. Lalu yang kedua karena merusak pemandangan. Struktur megah ini menghalangi banyak hal di udara.
Hal senada juga diungkapkan oleh para seniman lukis di kota ini. Mereka menganggap jika menara ini hanya membuat objek yang mereka gambar jadi hilang. Namun seiring berkembangnya waktu justru Menara Eiffellah yang menjadi objek gambar mereka. Terlebih lagi banyak wisatawan yang datang akan meningkatkan penjualan lukisan mereka.
Fungsi Menara Eiffel di Era Modern
Meski awalnya hanya digunakan untuk peringatan satu abad Revolusi Prancis, menara ini sekarang telah menjelma menjadi salah satu menara paling dikagumi di dunia. Bahkan Eiffel adalah Prancis itu sendiri. Saat ini Menara Eiffel dikenal sebagai objek wisata paling banyak dikunjungi di dunia. Dalam setahun lebih dari 3 juta orang datang ke sini untuk menikmati menara buatan Gustav Eiffel.
Saat ini Menara Eiffel digunakan untuk menara pemancar radio. Banyak sekali stasiun berita lokal menggunakan menara ini untuk bisa menjangkau semua pendengarnya seantero Paris. Selain itu, Menara Eiffel juga digunakan untuk pengamatan, baik cuaca maupun penerbangan yang ada di Prancis. Saat ada even tertentu seperti Natal, tahun baru, atau olimpiade, menara ini akan dihiasi dengan banyak sekali lampu. Saat malam hari menara ini akan bersinar dengan indah.
Menara Eiffel begitu dicintai oleh masyarakat Prancis. Mereka menganggap menara ini adalah menara keberuntungan. Jika tidak ada Menara Eiffel mungkin tak banyak wisatawan akan datang ke negeri ini.

Sejarah Pembuatan Patung Liberty

Patung Liberty adalah bangunan paling bersejarah dan fenomenal di Amerika. Patung ini bahkan menjadi ikon Amerika yang sangat diminati oleh banyak orang di dunia. Datang ke Amerika belum lengkap jika belum berkunjung dan berfoto di depan patung yang menjadi simbol kebebasan masyarakat Amerika.Meski saat ini Patung Liberty telah menjadi ikon kebanggaan. Tak banyak orang tahu bagaimana dahulu patung ini dibuat. Bagaimana sang pematung harus berusaha mencari dana ke sana-kemari agar patung ini mampu berdiri. Berikut sejarah pembuatan Patung Liberty yang tak banyak diketahui banyak orang di seluruh dunia.


Sejarah Pembuatan Patung Liberty

Rancangan Awal Patung Liberty
Membahas sejarah pembangunan Patung Liberty tidak bisa dipisahkan dari sang pembuatnya yang sangat fenomenal. Dia bernama Frederic Auguste Bartholdi dan merupakan warga negara Prancis. Sejak kecil, Bartholdi sangat menyukai dunia seni, ia sempat menjalani profesi pelukis di usianya yang masih sangat muda. Untuk mengekspresikan jiwa seninya yang berapi-api, ia berhasil membuat banyak sekali patung. Salah satu hasil kerja keras dari Bartholdi dikerjakannya saat berusia 18 tahun.
Saat beranjak dewasa, ia ikut Perang Franco-Prussian. Dalam perang ini ia mendapatkan gagasan untuk membuat patung bertema kebebasan. Akhirnya ide untuk membuat Patung Liberty tercipta. Lokasi awal yang akan digunakan untuk tempat berdirinya pun bukan Amerika. Bartholdi yang saat itu menjelajah Mesir dan melihat Sphinx bermimpi akan mendirikan patung termegahnya di Terusan Suez.
Pengumpulan Dana yang Sangat Berat
Pengumpulan dana untuk Patung Liberty sangatlah sulit. Bahkan bisa dibilang merupakan proyek yang sangat mustahil. Bartholdi berusaha dengan kekuatannya sendiri untuk memengaruhi banyak orang di Prancis. Ia bergerak dari satu kantor ke kantor yang lain untuk mengumpulkan uang sekecil apa pun itu. Kritik pedas yang dilontarkan oleh banyak orang di Prancis.
Meski demikian ia tetap menjalankan misi besarnya ini. Ia meminta banyak sekali sumbangan, hingga akhirnya terkumpul sekitar 250.000 Franc (setara $750.000) di tahun 1879. Dari sini ia mulai membangun banyak bagian dari patung karena telah mendapatkan dana yang cukup banyak.
Pembuatan Patung Liberty
Patung Liberty dibuat di Prancis pada tahun 1876. Bartholi menggunakan segala kemampuannya untuk membuat patung hebat ini. Desain dasar dari patung dibuat dari metal-metal produksi Gustav Eiffel yang telah berhasil membuat Menara Eiffel berdiri tegak. Dari metal-metal kuat ini, Bartholdi mulai melapisi beberapa bagiannya dengan batu dan mulai mengukirnya sesuai dengan desain yang telah dibuat.
Selama kurang lebih 8 tahun ia berjuang sendirian. Saat ada pameran ia ikut dan menunjukkan patungnya yang sudah nyaris jadi. Dari pameran ini ia mendapatkan banyak uang yang akan digunakan untuk menyelesaikan proyek yang sangat fenomenal ini. Akhirnya di tahun 1884, Patung Liberty yang merupakan simbol dari dari dewa kebebasan Libertas berhasil diselesaikan dengan sangat sempurna.
Penggalangan Dana di Amerika Serikat
Kebanyakan orang hanya mengetahui jika Patung Liberty diberikan oleh Prancis kepada Amerika sebagai hadiah. Pada prinsipnya memang nyaris benar. Patung ini dibuat oleh warga Prancis dan beberapa dananya dikumpulkan dari para donatur. Hal ini dilakukan karena pemerintah Prancis tidak menyetujui proyek ini hingga dana tak kunjung keluar. Terlebih lagi, patung ini memakan banyak sekali biaya.
Saat Patung Liberty akan selesai, Bartholdi ingin meminta orang di Amerika untuk membantunya. Terutama untuk penyelesaian dan juga pengiriman. Biaya yang dibutuhkan lumayan banyak, dan hal ini ditolak oleh pemerintah Amerika. Mereka tidak habis pikir kenapa hanya sekumpulan batuan saja bisa memiliki harga yang sangat mahal.
Akhirnya ada seorang jurnalis bernama Joseph Putlizer yang memiliki ide brilian. Ia menulis sebuah artikel yang memengaruhi warga di Amerika untuk menyumbang. Uniknya, setiap orang yang menyumbang, namanya akan tampil di dalam koran. Strategi ini berhasil dan mampu membuat Patung Liberty berlayar jauh dari Prancis ke Amerika.
Berdirinya Dewi Kebebasan di Tanah Amerika
Setelah setahun penggalangan dana, akhirnya pada tahun 1885 Patung Liberty dibawa dari Prancis menuju Amerika. Patung ini memiliki berat puluhan ribu ton hingga butuh waktu yang cukup lama untuk mengangkutnya. Di Amerika sendiri, penyambutan patung ini dilakukan dengan besar-besaran. Banyak warga New York yang rela membantu dalam proyek ini agar bisa segera melihat patung yang sangat megah tersebut.
Penyusunan Patung Liberty berjalan cukup lama. Dari mulai sampai hingga selesai disusun butuh waktu sekitar 6 bulan. Akhirnya pada 25 Oktober 1886 patung ini mampu berdiri dengan tegak. Bahkan, sehari setelahnya dideklarasikan sebagai hari libur nasional. Banyak orang dari berbagai penjuru Amerika menyaksikan Lady Liberty yang berdiri kokoh sebagai simbol kebebasan di Amerika.
Patung Liberty di Era Modern
Di era modern seperti sekarang, Patung Liberty sudah secara resmi menjadi tempat wisata andalan di Amerika, khususnya New York. Setiap tahun ada jutaan orang datang dari berbagai belahan dunia untuk menikmati kemegahan patung wanita yang merupakan simbol kebebasan di Amerika ini. Patung ini adalah bukti jika di masa lalu ada pria yang memiliki ambisi untuk mengabadikan sebuah kebebasan di tanah yang telah lama dijajah oleh bangsa Eropa.
Saat ini Patung Liberty banyak digunakan untuk aktivitas perayaan. Setiap tanggal 4 Juli (hari kemerdekaan Amerika), area ini akan penuh sesak dengan banyak orang yang ingin menyaksikan meriahnya kembang api. Saat tahun baru pun Patung Liberty juga menjadi latar perayaan yang sangat megah.
Demikianlah uraian singkat tentang sejarah pembuatan Patung Liberty yang sangat megah. Semoga bisa berguna untuk Anda semuanya.

Rabu, 13 Januari 2016

Sejarah Lahirnya Gerakan Pramuka di Indonesia

Sejarah lahirnya gerakan Pramuka di Indonesia bermula pada masa dimana Indonesia dijajah oleh Belanda. Awal gerakan kepanduan ini bermula dari berdirinya cabang Nederlandsche Padvinders Organisatie (NPO) yang kemudian berubah namanya menjadi Nederlands Indische Padvinders. Bapak kepanduan Indonesia ialah S.P. Mangkunegara yang memrakarsai berdirinya organisasi kepanduan milik Indonesia sendiri pada tahun 1916. Pada masa Jepang, gerakan ini dibubarkan karena pihak Jepang tidak menginginkan adanya sebuah organisasi yang dibuat tanpa ikut campur Jepang. Setelah Jepang pergi, gerakan Pramuka di Indonesia kembali aktif dan baru terbentuk sebagai Pramuka pada tahun 1961. Panitia untuk pembentukan gerakan Pramuka sendiri baru dibuat keputusannya pada tahun 1961 lewat keputusan Presiden Nomor 121 tahun 1961 tanggal 11 April 1961.
Sejarah Lahirnya Gerakan Pramuka di Indonesia
Sejarah Gerakan Pramuka Masa Penjajahan
Berdirinya gerakan Pramuka di Indonesia diawali dengan munculnya cabang dari Nederlandsche Padvinders Organisatie (NPO) pada tahun 1912. Organisasi yang juga baru berdiri pada tahun 1910 ini mampu mempertahankan eksistensinya hingga saat dimana Perang Dunia I pecah. Karena NPO memiliki kwartir besar sendiri, mereka kemudian memutuskan untuk mengubah nama mereka di tahun 1916 dan menjadi Nederlands Indische Padvinders Vereeniging (NIVP). Pada tahun yang sama, S.P. Mangkunegara VII merencanakan untuk membuat organisasi kepanduan mereka sendiri. Hal ini dibuat nyata, dan organisasi mereka diberikan nama Javaansche Padvinders Organisatie (JPO) dan merupakan organisasi kepanduan yang pertama di tanah nusantara.
Organisasi-organisasi kepanduan yang berdiri juga menyulut api pergerakan nasional, dimana pada suatu masa didirikan organisasi kepanduan milik Muhammadiyah yang diberi nama Padvinder Muhammadiyah dimana pada tahun 1920 mengganti nama mereka menjadi Hizbul Watan. Selain Muhammadiyah, ada juga Nationale Padvinderij milik Budi Utomo, Syarikat Islam Afdeling Padvinderij milik Syarikat Islam yang namanya kemudian diubah menjadi Syarikat Islam Afdeling Pandu (SIAP), Nationale Islamietische Padvinderij (NATIPIJ) yang berdiri berkat Jong Islamieten Bond, dan terakhir adalah Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie (INPO) yang berhutang kepada Pemuda Indonesia untuk berdiri. Pada tanggal 23 Mei 1928, rasa persatuan yang timbul dalam organisasi kepanduan di Indonesia mulai mewujudkan dirinya dengan nama “Persaudaraan Antara Pandu Indonesia” (PAPI) yang anggotanya adalah INPO, SIAP, NATIPIJ, dan PPS.
Pada tahun 1928 hingga 1935, organisasi-organisasi kepanduan yang memelopori lahirnya gerakan Pramuka di Indonesia menjadi semakin banyak baik yang berdasarkan kebangsaan atau agama. Nama-nama organisasi yang berdasarkan kebangsaan adalah:
  • Pandu Indonesia (PI)
  • Padvinders Organisatie Pasundan (POP)
  • Pandu Kesultanan (PK)
  • Sinar Pandu Kita (SPK)
  • Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI)
Sementara organisasi yang berdasarkan keagamaan:
  • Pandu Ansor
  • Al Wathoni
  • Hizbul Wathan
  • Kepanduan Islam Indonesia (KII)
  • Islamitische Padvinders Organisatie (IPO)
  • Tri Darma (Kristen)
  • Kepanduan Azas Katolik Indonesia (KAKI)
  • Kepanduan Masehi Indonesia (KMI)
Demi mempererat persaudaraan di antara tiap organisasi, Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) berencana untuk mengadakan sebuah jambore besar. Kegiatan ini mengalami beberapa kali perubahan rencana dalam waktu dan nama kegiatan, meskipun pada akhirnya nama kegiatan disetujui sebagai “Perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem” atau disingkat PERKINO. Tanggal acara yang tadinya juga sempat didebatkan akhirnya diputuskan untuk dilakukan pada tanggal 19 hingga 23 Juli tahun 1914 di sebuah daerah di Yogyakarta.
Perkembangan gerakan Pramuka di Indonesia sempat terhambat ketika penjajah dari Belanda pulang dan digantikan oleh pasukan Jepang. Dalam masa penjajahan oleh Jepang yang mengaku-ngaku “pelindung Asia, pemimpin Asia, dan cahaya Asia”, tidak boleh ada partai dan organisasi rakyat yang terjadi. Hal ini menyulut banyak kemarahan publik karena bahkan organisasi kepanduan tidak boleh dilanjutkan. Meski ada aturan tentang penolakan organisasi, beberapa anggota BPPKI tetap merencanakan PERKINO II. Masa isolasi dari organisasi rakyat ini membuat semangat kepanduan yang ada dalam dada para anggotanya berkobar semakin kuat.
Gerakan Pramuka Pada Masa Republik Indonesia
Pada bulan September 1945, beberapa tokoh dari gerakan kepanduan Indonesia memutuskan untuk melakukan pertemuan di Yogyakarta demi membentuk sebuah panitia baru sebagai sebuah panitia kerja dan wadah dari sebuah organisasi yang besar. Panitia baru ini kemudian dikenal sebagai Panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia (KPPI) dan di saat yang sama segera menetapkan tanggal untuk melaksanakan sebuah kongres tentang kesatuan kepanduan. Kongres ini berlangsung pada tanggal 27 hingga 29 Desember dan berlokasi di Surakarta. Dan sebagai hasilnya, terbentuklah Pandu Rakyat Indonesia. Pandu Rakyat Indonesia menghadapi masa sulit ketika hendak berkembang. Salah satu alasan yang ada adalah penyerangan kembali Belanda mulai 17 Agustus 1984 dimana pada saat itu ada seseorang yang berencana menembak mati Soeprapto dan berhasil. Pada daerah-daerah yang akhirnya berhasil dikuasai oleh Belanda, Pandu Rakyat dipaksa untuk berhenti beraktivitas.
Ketika periode perjuangan untuk lagi-lagi mengusir Belanda dari tanah air selesai, Pandu Rakyat Indonesia mengadakan kongres mereka yang ke-2 di Yogyakarta pada tanggal 20 hingga 22 Januari tahun 1960. Yang menjadi pokok pembicaraan dari kongres ini adalah tentang bagaimana putusan untuk mencapai konsepsi yang baru, memberi kesempatan untuk beberapa golongan agar mereka bisa kembali menyejahterakan kembali organisasi mereka yang telah runtuh. Kongres ini juga membahas tentang bagaimana masyarakat sekitar kini mampu membuat organisasi kepanduan mereka sendiri. Hingga kini, kisah ini akan terus diceritakan jika ada salah satu kita yang berbicara atau bertanya tentang sejarah lahirnya gerakan Pramuka di Indonesia.

Sejarah VOC di Indonesia

Sejarah VOC di Indonesia merupakan bagian dari masa kolonisasi Eropa yang terjadi pada tahun 1512 hingga tahun 1850 dan berlanjut pada tahun 1945 hingga 1950. Setelah sebelumnya berhasil mengusir pergi Portugis, pihak Belanda mendirikan kantor cabang VOC di Indonesia dengan pos pertama yang mereka dirikan terletak di daerah Banten pada tahun 1603 dan di Jayakarta yang nantinya berubah nama menjadi Batavia pada tahun 1611. Meskipun tujuan awal mereka datang ke Indonesia adalah untuk memonopoli tukar menukar rempah, mereka yang biasa menggunakan kekerasan untuk mendapatkan rempah kemudian mulai terlibat dalam masalah-masalah politik yang terjadi di sekitaran pulau Jawa sehingga tidak jarang mereka terlibat perang di beberapa daerah sebelum akhirnya dinyatakan bangkrut pada tahun 1800 dan segala kepentingan di Indonesia diserahkan kepada pemerintahan Hindia Belanda.
Sejarah VOC di Indonesia
Awal Mula Tibanya VOC di Indonesia
Sejarah VOC di Indonesia mungkin tidak akan terjadi jika pada tahun 1596, anggota ekspedisi Belanda tidak kehilangan setengah kru kapalnya, tidak membunuh pangeran Jawa, dan tidak kehilangan kapal namun berhasil kembali ke Belanda dengan rempah yang banyak. Dari ekspedisi yang juga butuh biaya besar baik materi maupun nyawa pasukan mereka, pihak Belanda mendapatkan untung yang sangat besar dari penjualan rempah yang berhasil mereka dapatkan. Hal tersebut mendorong mereka untuk melakukan ekspedisi lagi dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang jauh lebih tinggi. Demi menekan timbulnya pesaing yang akan memotong keuntungan mereka, pemerintah Belanda menyatukan para perusahaan perdagangan yang saling bersaing menjadi sebuah perusahaan besar dengan nama Vereenigde Oostindische Compagnie (Persatuan Dagang Hindia Timur, VOC). Pada tahun 1602, States-General Belanda memberikan VOC kebebasan untuk melakukan monopoli rempah di Asia selama 21 tahun, dan VOC juga dianugerahi kekuatan quasi-pemerintahan termasuk kemampuan untuk mengadakan perang, memenjarakan dan membunuh tawanan, membuat perjanjian, mengeluarkan uang, dan mendirikan koloni.
Sejarah VOC di Indonesia pertama kali tercatat ketika pada tahun 1603, mereka mendirikan pos perdagangan permanen di Banten yang terletak di bagian barat daya Jawa. Pos kedua mereka didirikan pada tahun 1611 di Jayakarta. Pada tahun 1604, pihak VOC kembali menjalankan pelayaran kedua mereka dan kali ini yang menjadi target adalah Maluku. Pada masa dimana banyak terjadi pendirian pos dagang ini, mulai terjadi kompetisi di sekitar Nusantara antara Inggris dan Belanda dalam hal akses terhadap rempah-rempah. Akhirnya, persetujuan diplomatis dan kerjasama antara Inggris dan Belanda mengenai perdagangan rempah berakhir dengan Pembantaian Ambon dimana 10 pasukan Inggris ditangkap, disiksa, dan dibunuh sebagai hasil dari konspirasi mereka kepada pemerintahan Belanda. Kejadian tersebut menuntut Inggris menarik seluruh pasukan yang telah mereka tempatkan di Indonesia kecuali Banten.
Pendudukan Absolut VOC akan Indonesia
Pada tahun 1610 hingga 1619, sejarah VOC di Indonesia terfokus pada posisi markas besar mereka yang berada di Ambon. Meskipun markas mereka ada di daerah yang merupakan pusat produksi rempah, daerah tersebut adalah area yang jauh dari rute dagang Asia dan aktivitas VOC lainnya yang membentang dari Afrika hingga Jepang. Karena hal ini, mereka mulai mencari daerah baru sebagai markas besar dan beberapa daerah mulai menjadi perhitungan. Salah satu daerah yang sempat mereka jadikan markas adalah selat Malaka yang dinilai strategis, tapi sayangnya Portugis sudah menduduki daerah tersebut dan membuatnya menjadi berbahaya. Baru pada tahun 1619 ketika Jan Pieterszoon Coen diangkat menjadi Gubernur Jenderal VOC, serangan terhadap Banten dilaksanakan dengan pasukan yang berisi 19 kapal, dan dari sisa-sisa Jayakarta, mereka membangun kota baru yang diberi nama Batavia sebagai markas baru.
Pada masa pemerintahan Coen, keberadaan VOC di Indonesia semakin kuat dengan idenya untuk membuat Batavia sebagai pusat dagang intra-Asia yang membentang dari Jepang ke Tiongkok, Burma, Kepulauan Indonesia, Ceylon, dan bahkan Persia. Hal ini ia peroleh dengan mempekerjakan prajurit sewaan dari Ambon dan buruh Tiongkok untuk mengembangkan ambisinya. Meskipun rencana ini tidak berhasil direalisasikan, Coen berhasil memperkuat kekuatan VOC di Indonesia dengan membuat aliansi bersama Sultan Ternate pada tahun 1607 untuk mengontrol produksi cengkeh, dan pendudukkan kepulauan banda memberi mereka kendali akan perdagangan pala. Pada tahun 1641, pihak Belanda juga berhasil mengambil alih Malaka dari Portugis dan memberikan mereka kontrol akan laut sekitar.
Pada pertengahan abad ke-17, Batavia telah menjadi pusat dagang yang penting. Beberapa kali juga kota tersebut telah berhasil menghalau serangan dari kerajaan Mataram. Pihak VOC juga berhasil menundukkan Makassar pada tahun 1667 dan mengambil alih pelabuhan di Sumatra pada tahun 1660, menyebabkan semakin kuatnya VOC di Indonesia. Pada masa-masa itu, VOC harusnya terfokus pada pendirian pos dagang baru dan sebisa mungkin menjauh dari urusan politik dari kerajaan manapun, tapi pada kenyataannya mereka terlalu jauh masuk dalam konflik internal Jawa.
Pada tahun 1740-an, mulai banyak pemberontakan terhadap VOC yang dimulai dengan pembantaian orang-orang etnis maupun keturunan Tionghoa pada 9 Oktober 1740. Bermula dari Mei tahun 1741, beberapa pos VOC mulai diserang dan dihancurkan. Pada bulan November 1741, Pakubuwono II mulai turun tangan membantu orang-orang Tionghoa untuk mengepung pos VOC dengan total pasukan 20.000 orang Jawa, 3.500 orang Tionghoa, dan 30 pucuk meriam. Pada tanggal 1 Januari 1800, Belanda kalah perang dan VOC dibubarkan karena beberapa alasan seperti kebangkrutan yang mengakhiri sejarah VOC di Indonesia.

Sejarah Berdirinya Kota Semarang

Sejarah berdirinya kota Semarang yang terletak di sisi pantai utara pulau Jawa ini bisa ditelusuri jauh hingga abad ke-6, dimana daerah tersebut dulunya merupakan daerah pesisir dengan nama Pragota, juga merupakan sebuah bagian dari kerajaan tua di Indonesia, yaitu kerajaan Mataram Kuno. Kini, daerah dengan total area 373.70 km3 ini memiliki populasi sebanyak 2 juta jiwa, menjadikannya kota ke-6 di Indonesia yang memiliki penduduk terbanyak, dan kota terbesar di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan. Dulu, kota Semarang merupakan sebuah kota dermaga yang besar dan maju ketika masa kolonial Belanda, dan hingga sekarang tetap menjadi daerah pusat untuk hal-hal yang berbau maritim.
Sejarah Semarang di Masa Kuno Kerajaan Indonesia
Awal Sejarah berdirinya kota Semarang dimulai pada masa dimana daerah ini masih menjadi sebuah bagian dari kerajaan Mataram Kuno. Pada masa itu, daerah Semarang yang masih bernama Pragota merupakan daerah khusus pelabuhan, dimana di bagian depan dari daerah ini adalah gugusan pulau-pulau kecil yang karena terjadi pengendapan mulai menyatu dan membentuk daratan. Bagian tersebut kemudian menjadi daerah yang lebih dikenal sebagai Semarang Bawah. Pelabuhan yang dulu sempat besar ini diperkirakan ada di tempat Pasar Bulu sekarang, dan terus terbentang hingga daerah Pelabuhan Simongan dimana pada tahun 1435 pernah menjadi tempat Cheng Ho menyandarkan kapal dan armadanya. Di tempat itu juga Cheng Ho mendirikan sebuah masjid dan kelenteng yang masih aktif dikunjungi masyarakat dan diberi nama Kelenteng Sam Po Kong yang berarti Gedung Batu.
Sejarah Berdirinya Kota Semarang
Pangeran Made Pandan (Sunan Pandanaran I) tiba-tiba ditempatkan sebagai penyebar agama Islam oleh Kerajaan Demak pada akhir-akhir abad ke-15. Ketika masa Made Panda tiba, daerah Pragota tempat ia berdakwah menjadi semakin subur seiring dengan berjalannya waktu. Pada masa kesuburan inilah muncul sebuah pohon asam yang warnanya seperti arang, yang oleh masyarakat Jawa disebut Asem Arang, dan hal ini yang menjadikan Pragota berubah nama menjadi Semarang meskipun awalnya hanya menjadi gelar atau nama panggilan bagi daerah tersebut. Pendiri desa pertama daerah tersebut, Made Pandan diberi gelar Kyai Ageng Pandan Arang I dan dibuat sebagai kepala daerah. Ketika ia wafat, kepemimpinan berpindah tangan kepada putranya, dan diberi gelar Pandan Arang II dan nantinya mendapatkan gelar-gelar lain seperti Sunan Bayat, Ki Ageng Pandanaran, Sunan Pandanaran II, atau bahkan hanya Sunan Pandanaran.
Perkembangan Semarang pada masa pemerintahan Pandan Arang II mulai menunjukkan perubahan yang sangat drastis, dan perubahan ini menarik perhatian salah satu petinggi Pajang, yaitu Sultan Hadiwijaya. Mengingat daerah Semarang tersebut sudah memenuhi persyaratan untuk peningkatan daerah. Semarang kemudian diputuskan berubah menjadi Kabupaten pada tanggal 2 Mei tahun 1547 yang kebetulan pada waktu itu bertepatan dengan Peringatan Maulid Nabi Muhammad. Pengesahan daerah ini menjadi Kabupaten dilakukan oleh Sultan Hadiwijaya setelah sebelumnya melewati konsultasi panjang kepada Sunan Kalijaga, dimana kemudian tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai hari berdirinya kota Semarang.
Pada tahun 1678, Amangkurat II yang berasal dari Mataram berjanji untuk memberikan Semarang kepada pihak VOC. Perjanjian ini dibuat oleh Amangkurat untuk membayar hutang-hutangnya. Hingga ditahun 1705, akhirnya Semarang benar-benar diserahkan kepada pihak VOC sebagai imbalan setelah mereka membantu Pakubuwono I merebut Kartasutra. Mulai masa itu Semarang menjadi kota milik VOC yang kemudian berpindah tangan kepada pemerintah Hindia-Belanda. Pada tahun 1906 melalui Stanblat no. 120 dibentuklah pemerintahan kota besar dengan Burgemeester sebagai pemimpinnya, ia masih terus mengikuti Belanda sebelum kepemimpinannya berakhir pada tahun 1942 dikarenakan Jepang tiba di Indonesia.
Kebijakan yang telah diterapkan oleh Kota Semarang akhirnya berganti setelah kependudukan Jepang di Indonesia dimulai, sebab oleh Jepang pimpinan daerah diubah menjadi dibawah pimpinan pihak militer Jepang (Shico) yang didampingi dua wakil (Fuku Shico) dimana salah satunya adalah orang Jepang dan yang lainnya adalah orang Indonesia. Beberapa saat setelah proklamasi kemerdekaan terjadi, tepatnya pada tanggal 15 hingga 20 Oktober tahun 1945, beberapa tentara Jepang yang ada di Semarang bersikeras tidak mau memberikan kontrol akan kota tersebut kepada pasukan kemerdekaan. Akhirnya perang yang memperoleh sebutan Pertempuran Lima Hari ini memakan beberapa korban, dimana salah satu yang tewas adalah seorang dokter muda berbakat yang bernama dr. Kariadi. Tokoh-tokoh kunci pada perang ini adalah:
  • dr. Kariadi
    Dokter muda yang berniat untuk mengecek cadangan air ketika berhembus kabar bahwa Jepang berencana untuk meracuni air cadangannya. Ia tetap berniat untuk pergi padahal istrinya telah memohon untuk tetap tinggal di rumah.
  • Mr. Wongsonegoro
    Pada masa itu, Mr. Wongsonegoro merupakan Gubernur yang dipilih untuk daerah Jawa Tengah. Beliau sempat ditangkap oleh pasukan Jepang.
  • Dr. Sukaryo & Sudanco Mirza Sidharta
    Mereka berdua merupakan korban lain penangkapan pasukan Jepang, bersamaan dengan Mr. Wongsonegoro.
  • Mayor Kido
    Pemimpin Kidobutai pada masa itu, dimana pusat Kidobutai terletak di Jatingaleh.
  • Kasman Singodimejo
    Perwakilan yang diutus untuk menjembatani gencatan senjata.
  • Jenderal Nakamura
    Jenderal tawanan TKR di Magelang.
Sejarah berdirinya kota Semarang meskipun diwarnai merah darah karena pertempuran 5 hari, tetaplah menjadi bagian sejarah Indonesia. Demi memeringati kejadian tersebut, dibangunlah Tugu Muda yang diharapkan berperan sebagai pengingat kepada masyarakat Semarang tentang kejadian perang di masa lalu. Tugu ini dibangun pada tanggal 10 November 1950 dan diresmikan pada 20 Mei 1953.